Minggu, 10 November 2013

Dimana Ada Kemauan Pasti Ada Jalan " Rupiah Pertama ".








DIMANA ADA KEMAUAN PASTI ADA JALAN
“BERWIRAUSAHA UNTUK BEKAL KULIAH”



Assalamu Alaikum Wr. Wb

Salam sukses buat semua, kedua orang tua saya menganugrahkan nama kepada saya yaitu YUDI RIYADI, Sekarang berusia 19 tahun tepat kelahiran saya Ciamis 30 Agustus 1994. Alamat Rumah di RT / RW 01 12 Desa Kertaharja Kecamatan Cijengjing Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Namun sudah lima tahun lebih saya memutuskan untuk tidak tinggal di rumah dan belajar hidup mandiri, sekarang tinggal di Kecamatan Baregbeg, Cimis ,walaupun tidak begitu jauh dari rumah, tepatnya di Pondok Pesantren Miftahul Ulum.

Ibu dan Ayah saya hanyalah seorang petani , maklumlah tempat tinggal saya berada di pedesaan, tapi hal itu semua tidak menyurutkan semangat saya untuk terus melanjutkan pendidikan, banyak anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi di daerah saya, mungkin sama seperti mereka anak anak yang tinggal di daerah terpencil Papua, saya bercita-cita dan berkeinginan untuk bisa membantu mereka yang tidak dapat sekolah dengan mendirikan rumah belajar, ataupun kelompok belajar lainnya, saya bercita cita untuk mendirikan sebuah yayasan dan mendirikan sekolah sehingga bisa membantu mereka yang tidak bisa melanjutkan sekolah, sama seperti perasaan saya yang sempat melarang kedua orang tua untuk mlenjutkan ke jenjang perkuliahan karena masalah biaya. Tetapi saya tidak menyerah begitu saja saya memberanikan diri untuk masuk ke perguruan tinggi dengan mencari peluang peluang beasiswa, akhirnya atas kehendak Allah SWT dan dorongan do’a kedua orang tua saya bisa masuk perguruan tinggi.

          Rupiah pertama yang saya dapat ketika saya duduk di SMK Kelas dua, saya sering disuruh dan menawarkan jasa pengetikan. Lumayan lah untuk menambah bekal sekolah saya, walaupun upahnya tidak begitu besar tetapi hal itu terasa besar bagi anak usia sekolahan smk seperti saya. Suatu hari, HP saya hilang karena di ambil pencuri sehingga saya tidak bisa melakukan komunikasi padahal HP itu hp yang pertama kali saya punya pembelian orang tua ketika saya masuk ke SMK kelas pertama. Saya tidak mau membebankan lagi kepada kedua orang tua, ada uang untuk bekal sekolah saja sudah cukup dan tidak terpikirkan untuk membeli HP, akhirnya saya berfikir untuk melakukan wirausaha saya mencoba untuk berjulan jamur yang di ambil dari guru saya, uang berkat penjualan tersebut  saya kumpulkan dan perminggu dapat terkumpul sekitar Rp. 20.000,00, uang tersebut saya simpan separuhnya untuk menabung dan separuhnya saya kumpulkan untuk membeli HP. Tidak terasa selama tiga bulan akhirnya saya bisa membeli HP tanpa meminta lagi kepada kedua orang tua dan buku buku pelajaran sekolah pun saya bisa tutupi sendiri. Selain berjualan jamur saya menawarkan jasa pengetikan seperti pembuatan baner kegiatan dan proposal. Walaupun terasa berat tetapi saya jalani dengan senyuman dan selalu yakin bahwa dimana kita ada kemauan, pasti selalu ada jalan.

               Saya bersyukur bisa mendapatkan kesempatan emas ini bisa belajar di SEAMOLEC. Disini kami dibekali dengan matrikulasi yang sangat bermamfa’at. Berbagai kegiatan terjadwal untuk kami, selain pembelajaran ada outbon juga, karakter building, technopreneur, pembekalan teori, dll. Kami dibina untuk menjadi seorang insan yang memiliki kepribadian yang lebih baik dan bisa hidup secara mandiri, pantang menyerah, gigih, serta rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang kental. Pada kegiatan outbond, kami belajar technopreneur, ini merupakan salah satu program Bapak Gatot Hari Priowirjanto yang menurut saya sangat bermamfa’at untuk meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa untuk mencapai kesuksesan. Karena pada kegiatan ini kami dilatih untuk membuang jauh-jauh rasa malu, gengsi, malas, manja dan cengeng. Kami benar benar di latih untuk menjadi manusia mandiri yang mempunyai kepribadian lebih baik.  Yang paling menarik dari kegiatan outbond di SEAMOLEC ini adalah ketika berjualan pulpen harus dengan harga setinggi-tingginya, satu pulpen harus di jual dengan harga Rp. 20.000,00 bahkan lebih,  “lho saya sempat berfikir mana ada pulpen harga dua ribu harus terjual dengan harga demikian?”, tetapi yang membuat saya kagum adalah instuktur outbond memberikan motivasi dan keyakinan bahwasanya kita pasti bisa menjual pulpen tersebut dengan harga yang setinggi-tingginya.

               Saya dan tim pun berangkat dengan dibekali bebrapa buah pulpen yang harus kami jual dengan harga yang setinggi-tingginya, saya dan temen teman pun berangkat berkeliling menjual pulpen,,ditengah teriknya panas matahari siang hari, “waduh rasanya luar biasa dan terasa sekali kerja kerasnya, betapa sulitnya kita mencari uang.....!!!!!!!!. Setelah berkeliling agak lama sekitar setengah jam kami berhasil menjual pulpen dengan meyakinkan pembeli dan teknik penawaran penjualan yang diajarkan, satu pulpen bisa kita jual dengan harga Rp. 50.000,00. Dan kami berhasil menjual tiga buah pulpen walaupun harganya berbeda-beda. Alhamdulillah rasanya bangga sekali hasil yang kami dapat dengan penjualan pulpen tersebut Rp. 125.000,00.

Dengan mengikuti magang ini walaupun hanya waktu satu bulan, mudah mudahan saya bisa berkontribusi bagi perubahan pembelajaran dan pendidikan di sekitar lingkungan saya dan ikut bersama sama mencerdaskan anak anak bangsa ini. Harapan saya semoga bisa mengikuti kegiatan magang selanjutnya dan tidak hanya kesempatan ini saja dan saya bercita cita mudah mudahan saya bisa melanjutkan perkuliahan saya ke jenjang yang lebih tinggi di ITB dan mendapatkan beasiswa dari SEAMOLEC ini.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar